Halaman

Sabtu, 23 Februari 2013

Cita-cita?




Dulu waktu aku masih SD ketika guruku menanyakan “apa cita-cita mu?” kepada aku dan teman-temanku dengan lantang kami menjawab “dokter” “guru” “polisi” “pilot” padahal dibalik itu sebenarnya aku tidak tahu bagaimana proses menjadi dokter,guru,polisi,pilot, bagaimana konsekuensi mereka, apa saja yang diperoleh mereka. Maklum, anak SD.
                Kemudian, saat aku SMP kelas satu, aku diberi angket oleh sekolah. Angket tersebut berisi apa cita-cita mu, apa saja yang akan kamu lakukan. Di masa itu aku mengisi “ saya ingin menjadi seorang dosen, saya akan belajar dan menjadi anak pintar dan berprestasi”. Itu cita-citaku,dulu. Kemudian waktu aku kelas tiga, aku mulai bingung apa cita – citaku, perlahan-lahan obsesiku untuk menjadi apa yang ku ingin untuk dicita-citakan pupus bagaikan butiran pasir yang dilukiskan oleh Vina di panggung megah itu. Guru privat ku pernah bertanya kepadaku
“ abis gini kamu mau ngelanjutin dimana?”
“sma komplek bu,insyaAllah”
“terus,cita-cita mu nanti jadi apa?”
“jadi orang sukses bu”
“sukses di bidang apa? Orang sukses itu banyak loh ya, tapi harus tekun di bidangnya”
                Dulu waktu aku kelas tiga, setiap ada yang bertanya cita-cita mu mau jadi apa? Pasti aku menjawabnya “pingin jadi sukses” dan sebenarnya aku tidak tau definisi sukses ku itu apa? Tetapi aku tetap saja pada pendirianku, ingin sukses.
                Aku menonton salah satu acara talkshow di chanel televisi swasta. Kali itu pembicaraan mereka bertemakan kesuksesan. Dari acara itu dapat aku simpulkan bahwa sukses itu bukan pencapaian akhir, sukses itu paradigma. Sukses itu juga harus bisa dihitung “ mau sukses seberapa? Apa hanya dengan mempunyai sebuah mobil sedan mewah itu sudah sukses? Atau dengan mempunyai pohon dollar anda baru merasa sukses? Kata si pembawa acara.
***
                Sekarang aku sudah kelas satu SMA. Sebentar lagi aku dihadapkan pada dunia kerja. Tetapi sebenarnya aku masih bingung apa yang akan ku cita-citakan. Ralat, aku tidak tahu apa itu cita-cita. Apakah cita-cita itu profesi? Mimpi? Apakah cita-cita itu yang akan ku gapai di masa yang akan datang nanti? Aku tidak tahu. Kemudian aku mencoba mencari tahu tentang definisi cita-cita. ssaat aku browsing aku tertarik pada bacaan “cita-citaku setinggi tanah” padahal biasanya para orang tua dan guru berkata “gapailah cita-citamu setinggi langit”. Ternyata, bacaan itu adalah sebuah film. Film itu menceritakan seorang anak dari keluarga kurang mampu yang memiliki cita-cita yang beda dari yang lain yaitu, makan nasi padang. Karena menurutnya cita-citanya itu memerlukan pengorbanan untuk dapat memperolehnya. Jadi, apakah saat aku lapar, makan adalah cita-citaku? Rasa penasaran ku terus bertambah, aku mengikuti suatu kajian di sekolah, aku bertanya segala sesuatu tentang cita-cita. Kajian itu menyimpulkan bahwa, cita-cita itu mempunyai nilai. Yaitu, bahagia setinggi-tingginya dan duka serendah-rendahnya. Dan dalam meraih cita-cita kita juga harus mempunyai sasaran. Sasaran dalam hal ini adalah apa saja yang mau kita capai. Dan hasil akhir dari sasaran itu adalah tujuan. Tujuan? . Lalu, bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai sasaran (orang yang tidak bercita-cita,red) mereka bisa sukses, tetapi mereka harus melewati jalan yang panjang.
                Sekarang aku mulai bertanya apakah harus kita mengalir layaknya air ataukah kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai cita-citanya. Tetapi, aku berprinsip tidak ada sesuatu tanpa proses. Sekarang aku sedang menjalani proses untuk menggapai sesuatu itu. Aku juga sedang mendaftar sasaranku.
Sampai aku mengetik tulisan ini aku masih bingung apa itu cita-cita dan apa cita-citaku?



1 komentar: