Hai, perkenalkan namaku Naning Oktaviani.
Dahulu aku seorang pelajar, dan sampai sekarang aku masih pelajar. Bedanya aku
sekarang seorang pelajar di masa akhir menggunakan seragam formal.
***
9 Oktober tahun 97 yang lalu seorang
wanita hebat telah melahirkan bayi perempuan ke dunia fana ini. Hari demi hari
bayi itu tidak lagi seorang bayi kini ia telah berubah berjalan dengan proses
sosialisasi. Dia telah banyak belajar.
Kini ia berumur lima, ia mulai menjadi anak di
taman kanak kanak. Dia menemukan banyak orang baru yang sebelumnya dia tidak
mengenal di lingkungan rumahnya. Dia berkenal dan kemudian menjadi teman. Dia mulai
asyik berteman, hidupnya sangat berwarna. Hari harinya diisi dengan
bermain,bercanda,bergurau. Mungkin masa ini lah yang akan dirindukannya di kala
ia lelah akan semua kesibukannnya di masa suksesnya nanti.
Di tahun 2003 ia memasuki hidup
baru kali ini dia menjadi pelajar di sekolah formal. Disini dia menemukan
banyak orang orang baru, dia mencoba
untuk menyapa dan berkenalan. Hari demi hari daftar orang yang dikenalnya
semakin bertambah, tetapi dia mulai lupa nama orang yang diajaknya berkenalan
di waktu TK, dia merasa menjadi orang yang jahat. Dia memiliki teman dekat di
kelas tiga, tetapi mereka bagai orang yang tidak pernah kenal sewaktu kelas
empat. Begitu juga di kelas empat dan kelas lima. Lima tahun menjadi bagian
dari sekelompok manusia, dia belum menemukan siapa sosok teman sebenarnya. Di kelas
enam, dia menemukan seseorang, mereka selalu bersama, bermain, berbagi, dan
berjuang. Mereka mempunyai satu tujuan sama, yaitu masuk ke sekolah menengah
favorit yang sama.
***
Di sekolah menengah mereka berdua
mempunyai banyak teman baru. Dan lama kelamaan mereka saling tidak tau kabar
lagi. Si gadis tahun sembilan tujuh tadi kemudian menemukan teman baru, mereka
berjumlah lebih dari empat, boleh dikatakan mereka sahabat. Semua fase berteman
telah mereka lewati. Hingga akhirnya dia pindah ke luar kota. Banyak orang lagi
yang kemudian ia kenal, tetapi orang orang yang dikenalnya saat itu tidak
seperti sahabatnya yang lalu. Ia belum bisa beradaptasi dengan mereka. Di kala
itu, ia sangat membutuhkan kehadiran sahabat sahabatnya, ia mencoba mengcontact. Tapi lama kelamaan mereka sudah
tidak sedekat dulu lagi, mereka saling memiliki kesibukan, jadilah mereka susah
berhubungan. Dia berusaha keras mengenal kehidupan barunya. Tapi apa daya,
proses adaptasinya gagal, sekuat dan sekeras apapun apa dia mencoba, pada
akhirnya dia tetap merasa tidak cocok. Hidupnya hampa, sangat hampa, diluar ia terlihat
tertawa tetapi isi hatinya sangat kosong.
Kini ia berumur empat belas,
hidupnya semakin hampa, selain proses adaptasi yang prosesnya tidak pernah
komplit dia disibukkan sebagai pelajar yang akan menghadapi ujian. Di selang
kesibukannya, sesekali ia menonton televisi, dilihatnya kehidupan anak sma
sangatlah indah, mempunyai banyak teman, sahabat, dan teman spesial. Semakin dia
tidak sabar untuk menjadi pelajar putih abu-abu karena dirasanya masa putih
biru dongkernya biasa biasa saja. Tidak spesial sebutir pun. Dia selalu berdoa
kepada Tuhan agar nanti di sekolah lanjutannya dia menemukan teman teman yang
sangat spesial.
***
Akhirnya, dia terpilih dari satu
diantara ribuan orang yang mendaftar untuk masuk ke sekolahnya itu. Dia merasa
bangga. Disinilah kehidupan barunya dimulai. Dia sudah mempersiapkan mental dan
batinnya. Di sekolah ini dia masuk ke suatu kelas yang tak ada satupun
dikenalnya. Dia resah, dia takut tidak akan mempunyai sahabat di masa masa yang
katanya indah ini. Dia terus berdoa akan hadirnya seorang sahabat, dia ingin
merasakan sahabat yang memang benar sahabat. Lama kelamaan dia mulai mengenal
satu persatu dari mereka semua, perkenalan hangat mereka semakin lama semakin
dirasanya indah. Sekarang umurnya lima
belas. Dia mempunyai banyak teman, tak hanya teman, dia menyebutnya ini
sahabat, selain proses adaptasi yang sangat cepat, disini dia bisa berbagi
susah senang bersama, banyak cerita yang mereka buat walaupun perkenalan mereka
belum dari setahun, baru kali ini dia merasa nyaman berkumpul dengan orang. Topik
pembicaraan mereka kini juga semakin hebat, kita sudah berbicara tentang masa
depan, saling memberikan saran.
Terima kasih Tuhan, Engkau telah
mengabulkan doaku, tolong jaga mereka selalu dihatiku. Aku sayang mereka.
xoneta , pewarna hidupku.
mungkin perkataanku sewaktu TK itu salah, yang akan kuingat dan aku rindukan saat aku sukses nanti adalah mereka, XONETA :-)
Duh terharu banget nih *emot sedih* *emot nangis* *emot nangis bahagia*
BalasHapus