Halaman

Sabtu, 23 Februari 2013

limabelas dan baru merasa hidup



Hai, perkenalkan namaku Naning Oktaviani. Dahulu aku seorang pelajar, dan sampai sekarang aku masih pelajar. Bedanya aku sekarang seorang pelajar di masa akhir menggunakan seragam formal.
***
9 Oktober tahun 97 yang lalu seorang wanita hebat telah melahirkan bayi perempuan ke dunia fana ini. Hari demi hari bayi itu tidak lagi seorang bayi kini ia telah berubah berjalan dengan proses sosialisasi. Dia telah banyak belajar.
 Kini ia berumur lima, ia mulai menjadi anak di taman kanak kanak. Dia menemukan banyak orang baru yang sebelumnya dia tidak mengenal di lingkungan rumahnya. Dia berkenal dan kemudian menjadi teman. Dia mulai asyik berteman, hidupnya sangat berwarna. Hari harinya diisi dengan bermain,bercanda,bergurau. Mungkin masa ini lah yang akan dirindukannya di kala ia lelah akan semua kesibukannnya di masa suksesnya nanti.
Di tahun 2003 ia memasuki hidup baru kali ini dia menjadi pelajar di sekolah formal. Disini dia menemukan banyak orang  orang baru, dia mencoba untuk menyapa dan berkenalan. Hari demi hari daftar orang yang dikenalnya semakin bertambah, tetapi dia mulai lupa nama orang yang diajaknya berkenalan di waktu TK, dia merasa menjadi orang yang jahat. Dia memiliki teman dekat di kelas tiga, tetapi mereka bagai orang yang tidak pernah kenal sewaktu kelas empat. Begitu juga di kelas empat dan kelas lima. Lima tahun menjadi bagian dari sekelompok manusia, dia belum menemukan siapa sosok teman sebenarnya. Di kelas enam, dia menemukan seseorang, mereka selalu bersama, bermain, berbagi, dan berjuang. Mereka mempunyai satu tujuan sama, yaitu masuk ke sekolah menengah favorit yang sama.
***
Di sekolah menengah mereka berdua mempunyai banyak teman baru. Dan lama kelamaan mereka saling tidak tau kabar lagi. Si gadis tahun sembilan tujuh tadi kemudian menemukan teman baru, mereka berjumlah lebih dari empat, boleh dikatakan mereka sahabat. Semua fase berteman telah mereka lewati. Hingga akhirnya dia pindah ke luar kota. Banyak orang lagi yang kemudian ia kenal, tetapi orang orang yang dikenalnya saat itu tidak seperti sahabatnya yang lalu. Ia belum bisa beradaptasi dengan mereka. Di kala itu, ia sangat membutuhkan kehadiran sahabat sahabatnya, ia mencoba mengcontact. Tapi lama kelamaan mereka sudah tidak sedekat dulu lagi, mereka saling memiliki kesibukan, jadilah mereka susah berhubungan. Dia berusaha keras mengenal kehidupan barunya. Tapi apa daya, proses adaptasinya gagal, sekuat dan sekeras apapun apa dia mencoba, pada akhirnya dia tetap merasa tidak cocok. Hidupnya hampa, sangat hampa, diluar ia terlihat tertawa tetapi isi hatinya sangat kosong.
Kini ia berumur empat belas, hidupnya semakin hampa, selain proses adaptasi yang prosesnya tidak pernah komplit dia disibukkan sebagai pelajar yang akan menghadapi ujian. Di selang kesibukannya, sesekali ia menonton televisi, dilihatnya kehidupan anak sma sangatlah indah, mempunyai banyak teman, sahabat, dan teman spesial. Semakin dia tidak sabar untuk menjadi pelajar putih abu-abu karena dirasanya masa putih biru dongkernya biasa biasa saja. Tidak spesial sebutir pun. Dia selalu berdoa kepada Tuhan agar nanti di sekolah lanjutannya dia menemukan teman teman yang sangat spesial.
***
Akhirnya, dia terpilih dari satu diantara ribuan orang yang mendaftar untuk masuk ke sekolahnya itu. Dia merasa bangga. Disinilah kehidupan barunya dimulai. Dia sudah mempersiapkan mental dan batinnya. Di sekolah ini dia masuk ke suatu kelas yang tak ada satupun dikenalnya. Dia resah, dia takut tidak akan mempunyai sahabat di masa masa yang katanya indah ini. Dia terus berdoa akan hadirnya seorang sahabat, dia ingin merasakan sahabat yang memang benar sahabat. Lama kelamaan dia mulai mengenal satu persatu dari mereka semua, perkenalan hangat mereka semakin lama semakin dirasanya indah. Sekarang umurnya lima belas. Dia mempunyai banyak teman, tak hanya teman, dia menyebutnya ini sahabat, selain proses adaptasi yang sangat cepat, disini dia bisa berbagi susah senang bersama, banyak cerita yang mereka buat walaupun perkenalan mereka belum dari setahun, baru kali ini dia merasa nyaman berkumpul dengan orang. Topik pembicaraan mereka kini juga semakin hebat, kita sudah berbicara tentang masa depan, saling memberikan saran.

Terima kasih Tuhan, Engkau telah mengabulkan doaku, tolong jaga mereka selalu dihatiku. Aku sayang mereka.

xoneta , pewarna hidupku.


mungkin perkataanku sewaktu TK itu salah, yang akan kuingat dan aku rindukan saat aku sukses nanti adalah mereka, XONETA :-)

1 komentar:

  1. Duh terharu banget nih *emot sedih* *emot nangis* *emot nangis bahagia*

    BalasHapus